News Update :
Home » , » Mencari Impian di “Desa Museum” Yeongwol

Mencari Impian di “Desa Museum” Yeongwol

Penulis : rierie_destiny on Wednesday 20 January 2010 | 13:44

 Kabupaten Yeongwol di Propinsi Gangwon hingga 20 tahun yang lalu dikenal sebagai “kota batu bara kelabu.” Ini dikarenakan maraknya pertambangan batu bara di Korea pada tahun 1960-an dan 1970-an. Tetapi di tahun 1980-an, ketenaran bahan bakar fosil digantikan oleh petrolium dan listrik sehingga tambang batu bara ditutup dan penduduknya mulai meninggalkan Yeongwol satu per satu. Pemerintah Kabupaten Yeongwol pun berusaha mencari solusi agar perekonomian kota ini terus berkembang. Dari sini tradisi dan keindahan alam Yeongwol kembali ditemukan dan museum-museum pum mulai dibangun. Kini Kabupaten Yeongwol lebih terkenal dengan sebutan “Desa Museum.“

Salah satudari museum yang terkenal di Yeongwol adalah Musim Kesenian Tradisional Joseon di Desa Waseong. Di museum yang dibuka sejak tahun 2000 ini, sekitar 200 lukisan tradisional koleksi pribadi milik Oh Seok-hwan dipajang disini, termasuk lukisan Dokseongdo. Umumnya di depan lukisan ini terletak sebuah mangkuk kayu besar “hamjibak,“ dimana para pengunjung dapat melemparkan koin dan mengucapkan keinginan mereka agar tetap sehat dan berumur panjang. Lukisan tradisional Joseon ini biasanya menggambarkan kehidupan sehari masyarakat Korea di jaman kerajaan yang mengandung makna bijak. Karena itu lukisan-lukisan di museum ini pun dipajang menurut temanya, yaitu status sosial masyarakat yang berbeda-beda. Disini para pengunjung juga dapat belajar cara melukis lukisan tradisional Korea.

Museum yang kedua adalah Museum Serangga Yeongwol. Mulai dari ngengat Taegeuk dengan sayap berbentuk yin dan yang, ngengat Eureumbang dengan sayap berbentuk daun, hingga kupu-kupu Wang yang terbang dari Gunung Halla Pulau Jeju di selatan menuju Gunung Seorak Propinsi Gangwon di utara, sekitar 3000 jenis serangga lokal dan serangga langka diperlihatkan. Diantaranya bahkan telah punah di alam bebas karena kerusakan habitat mereka. Museum ini dibuka pada tahun 2002 menggunakan gedung sekolah yang telah ditutup. Koleksi serangga di museum ini pun juga merupakan koleksi pribadi Direktur Lee Dae-am, yang dulu adalah seorang profesor arsitektur ternama.

Museum ketiga adalah Zona Budaya Tambang Batu Bara di Desa Macha. Di museum ini kita dapat melihat peragaan ulang kehidupan sehari-hari para pekerja tambang batu bara dan masyarakat sekitarnya persis seperti di tahun 60 dan 70-an. Mulai dari pompa air dan kamar mandi umum, ruang-ruang kelas Sekolah Dasar, toko-toko, dan rumah sekalipun dibuat direnovasi sesuai dengan keadaan “kota batu bara kelabu” di jaman dulu. Di museum ini juga terdapat terowongan-terowongan bekas penggalian batu bara yang memberikan kesempatan bagi para pengunjungnya untuk bernostalgia.

Kunjungan terakhir yang tidak dapat dilewatkan adalah wisata ke Observatori Astronomi Byeolmaro. Kata “byeol” dalam bahasa Korea berarti “bintang” dan kata “maro” berarti “puncak.” Disini kita dapat melihat bintang-bintang di langit malam dengan jelas sekitar 190 hari selama satu tahun. Para turis dapat berwisata keliling kota di siang hari dan bekunjung ke planetarium ini di malam hari.

Ada sekitar 19 museum di Kota Yeongwol yang walaupun sederhana, penuh dengan pameran barang-barang bermakna. Satu-satunya “Desa Museum” di Korea ini di masa depan akan semakin menarik lagi, berkat niat besar warga Yeongwol untuk menjadikan kota mereka sebagai museum tanpa atap, dimana di semua sudut kotanya para pengunjung dapat menikmati perpaduan nilai budaya dan keindahan alam. Dari kota tambang kelabu, kini Yeongwol telah menjadi desa museum yang membawa impian-impian cerah masa depan.


cr : ulfah

Please Repost with Full Credit and include our link..Thanks..^^
Share this article :

Post a Comment

 
Design Template by panjz-online | Support by creating website | Powered by Blogger